Senin, 20 Februari 2012

(HUMOR)Do’a Orang Indonesia Membingungkan Tuhan

“Tuhan adalah pemilik segala sesuatu termasuk hidup manusia. Dia lah pemilik kasih sayang tanpa batas. Karena itu rajin-rajinlah memanjatkan do’a kepadaNya, niscaya kamu akan mendapat keberkahan yang berlipat ganda.” Itulah antara lain ajaran yang saya terima dari guru agama dan kedua orang tua saya yang sangat mengendap di sanubari.

Keyakinan (akan keajaiban doa) itu pulalah yang membentuk pandangan dan sikap saya dalam berjuang (bertugas/berusaha) dan berharap. Masalahnya (ini sangat klise!) semakin sering saya berdoa dan semakin banyak item yang saya minta dalam doa itu, semakin saya kecewa. Kecewa, karena tak berhasil.

Kecewa dan penasaran karena selalu gagal itu mendorong saya memberanikan diri protes kepada Tuhan. Bak gayung bersambut, Tuhan pun bersedia menerima unek-unek saya, maka terjadilah dialog imaginer ini.


Penulis : Tuhan, bukankah Kau sumber segala sesuatu yang maha pengasih?

Tuhan
: Betul. Apa masalah mu?

Penulis : Mengapa doa saya tak Kau perhatikan, malahan sepertinya justru Kau lecehkan?

Tuhan
: Permintaan mu yang mana? Bisa berikan contohnya?

Penulis : Bukankah aku selalu mengulang-ulang permintaan agar aku menjadi orang kaya? Tidak kah kau dengar itu?

Tuhan : Aku dengar, bahkan jauh sebelum kau mengucapkannya dalam simpuhmu. Coba kau ingat lagi baik-baik rangkaian isi doa mu saat minta kekayaan itu: “Tuhan jadikanlah hamba Mu ini orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. Berilah rejeki yang berlimpah (maksudnya kaya), dan berilah hamba Mu keselamatan di dunia dan akhirat.”

Penulis : Betul, betul. Memang itu yang selalu hamba ulang-ulang. Lalu, mengapa tak Kau kabulkan?

Tuhan : Dasar bodoh! Permintaan mu supaya jadi orang berguna sudah terkabul. Kau kan guru, apa itu tak berguna bagi masyarakat dan negara mu?

Penulis : Eh….em…er…i…i..iya Tuhan (sambil cengengesan). Tapi permintaan ku untuk kaya, mana?

Tuhan : Dasar idiot kemaruk! Keinginan mu untuk kaya itu bertentangan dengan banyak keadaan, tahu! Pertama, kau guru. Gaji guru itu berapa, mana bisa kau beli Ferary dengan itu. Kedua kalau kau kaya, kecil kemungkinannya kau akan selamat di dunia, apalagi akhirat. AKU sangat tahu pikiran ngeres mu. Tidak kaya saja kau sudah berpikiran mau selingkuh dan kimpoi lagi. Bagaimana kalo kaya.

Penulis
: Eh….em…er…(kikuk). Yaah Tuhan… soal ngeresnya jangan diungkapin dong, malu saya.

Tiba-tiba saya teringat dengan keluhan banyak orang di negeri tempat saya lahir, besar, dan mengabdi ini, yakni masalah korupsi. Maka saya pun menanyakannya kepada Tuhan.

Penulis : Tuhan, di negeri kami, Indonesia, saat ini banyak orang gusar dan sengsara akibat merajalelanya kejahatan korupsi. Mengapa Kau tutup mata terhadap keadaan itu? Tidak Kau dengarkah doa rakyat kecil di sini yang ingin terbebas dari kesengsaraan dan kemiskinan akibat korupsi? Di mana sifat ADIL dan kasih sayang mu pada Bangsa Indonesia?

Tuhan : Hm…untuk yang satu ini, begini penjelasannya. Di satu sisi banyak yang ingin terbebas dari kejahatan, terutama korupsi, tetapi ketika mengakhiri setiap doa mereka selalu memohon seperti ini. “Ampunilah dosa kami, dosa orang tua kami, dosa guru-guru kami, dan dosa para pemimpin kami, berilah mereka kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat”

Penulis : Betul. Karena memang itulah cara berdoa yang diajarkan kepada kami. Lalu apa masalahnya Tuhan?

Tuhan : Coba, kau jawab pertanyaan Ku. Siapa yang melakukan korupsi yang telah menyengsarakan rakyat di negeri mu.

Penulis
: Ya para pemimipin negaralah, Tuhan.

Tuhan : Tetapi, bukankah para pemimpin itu kalian doakan supaya diampuni dosanya dan dibahagiakan di dunia dan akhirat? Karena AKU adil dan maha pengasih (pengabul doa) maka doa rakyat negeri mu itu Aku kabulkan.

Penulis: Ja..ja..jadi. Doa kami, eh…saya, selama ini tidak logis, sehingga Tuhan jadi bingung?

Tuhan
: Dasar bego! Bukan bingung, tapi ADIL.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More