Rabu, 07 Desember 2011

Suhu Udara di Planet Bumi Semakin Panas

Dikirim oleh Webmaster   
MASIH terngiang, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyindir para menterinya sebelum sidang di Istana. "Masih bisa tersenyum ya," kata Presiden ketika itu.Saat itu, SBY baru saja meminta maaf pada negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, karena dilanda asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia.
Artinya, SBY begitu konsern pada masalah lingkungan, masalah hutan. Tidak bisa dibiarkan lagi, adanya pembalakan liar dan kebakaran yang kian mengikis hutan tropis Indonesia.
Itu di dalam negeri. Di forum internasional, Indonesia tetap menunjukkan sikap yang sama. Ini dibuktikan saat pertemuan internasional tingkat tinggi terakbar tentang Perubahan Iklim yang diikuti 150 negara di Markas Besar PBB, New York.
Inisiatif Indonesia mengadakan pertemuan dan forum negara-negara pemilik hutan hujan tropis sangat dihargai negara-negara anggotanya.
Menurut juru biara Presiden, Dino Patti Djalal, usai mendampingi presiden dalam High-Level Meeting on Climate Change dan pertemuan khusus Tropical Rainforest Countries, forum memberikan penghargaan atas inisiatif Indonesia ini.
"Ini merupakan inisiatif penting karena dilakukan tiga bulan sebelum konferensi Bali. Dan, yang penting secara politis adalah kehadiran Brasil. Ini perkembangan positif dan kemajuan yang dapat diukur untuk mengkonsolidasi negara-negara pemilik hutan hujan tropis," kata Dino.
Sebelumnya, memang sudah ada forum negara-negara pemilik hutan tropis yang digagas Indonesia, yakni Forestry Eight (F-8). Belakangan tiga negara lain bergabung. Yang paling menggembirakan adalah kehadiran Brasil.
Selama ini, Brasil enggan ikut dalam forum serupa. Kehadiran negeri Samba ini menjadi penting, mengingat posisi Brasil sebagai pemilik hutan tropis terbesar di dunia. Kini, anggota forum ini menjadi 10. Mereka antara lain Brasil, Kamerun, Kolombia, Kongo, Kostarika, Gabon, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, dan Peru.
Persoalan mendasar, yang kini dirasakan kurang adalah perlunya negara maju melakukan transfer teknologi dan memberi insentif kepada negara-negara berkembang pemilik hutan hujan tropis. Saat ini, apresiasi negara maju terhadap upaya negara pemilik hutan tropis menyelamatkan dunia dari peruabahan iklim global masih kurang memadai. Skema pemberian insentif melalui Clean Development Mecanism, dirasa masih kurang. 
Tangani perubahan iklim
Bukan itu saja. Forum ini diimaksudkan agar negara-negara pemilik hutan hujan tropis bersatu, punya koordinasi lebih erat, dan pandangan lebih konstruktif untuk membantu menangani perubahan iklim.
Kerusakan hutan tropis menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perubahan iklim global. Pada panel hasil studi para ilmuwan PBB, pada Februari 2007, menunjukkan fakta-fakta yang nyata tentang perubahan iklim di planet ini. Bahkan, terjadinya tren pemanasan global semakin tegas.
Aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab pemanasan global dalam lima puluh tahun terakhir. Pengeluaran karbon dioksida, efek rumah kaca, dan bertambahnya emisi gas buang, makin banyaknya cerobong asap, serta kebakaran hutan, berperan besar dalam meningkatkan suhu permukaan bumi yang tercatat sudah melonjak lebih dari 1 derajat Fahrenheit sejak tahun 1900.
Forum seperti F-8, serta pertemuan tingkat tinggi tentang perubahan iklim yang digelar PBB ini, diharapkan bukan sekadar momentum baru dalam memberikan kesadaran bahwa tempat manusia berpijak sekarang sudah semakin panas.
Pengeluaran karbon dioksida dan metan secara berlebihan, sama saja membiarkan sinar matahari langsung menusuk bumi. Karenanya, sejak 1970, atmosfir bumi terus bergerak naik. Data yang dilansir dalam pertemuan di markas besar PBB itu, bahkan mencatat peningkatan hampir tiga kali suhu selama abad 20. 
Naikkan permukaan laut
Dalam laporan terakhir, yang dilansir Surat Kabar The New York Times, pemanasan bumi diperkirakan naik 3,5 hingga 8 derajat Fahrenheit jika konsentrasi karbon dioksida di atmosfir bumi mencapai dua kali dari level 1750. Permukaan laut pun diperkirakan merangkak naik 7-23 inci pada tahun 2100.
Karenanya, pada forum-forum seperti ini diharapkan tercipta Environmental Protection yang lebih menjangkau semua pihak, --setidaknya menyongsong konferensi tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCC), yang akan dihadiri utusan dari 180 negara 13-14 Desember di Bali. Forum ini diharapkan dapat melahirkan gagasan baru yang lebih adil dan diterima semua pihak pascaberakhirnya Protokol Kyoto. Saatnya bertindak konkret, bagaimana mencegah agar bumi tak semakin panas.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More