Rabu, 22 Agustus 2012

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "

Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2' di pemerintahannya)

Dan untuk rasa terima kasih untuk Kemerdekaan Indonesia yang ke 67 tahun, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini. 


"Indonesia tanah air beta,
disana tempat lahir beta,
dibuai dibesarkan bunda,
Tempat berlindung di hari Tua...
Hingga nanti menutup mata"

Kamis, 16 Agustus 2012

BOLA MASUK KE KANTONG KERTAS

Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau. Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?

Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi. Apa yang harus dilakukannya?

Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi. Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar.

Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu. Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis di dekat lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya.

Smiley...! Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu. Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu. Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan.

MENGASAH KAPAK

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat. Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya. Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik. Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.

Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, "Bagus, bekerjalah seperti itu!"

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir penebang pohon itu.

Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. "Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?" sang majikan bertanya.

"Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon," katanya.

Catatan: Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak. "Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?

Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras. Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya.

Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan bertumbuh. Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara bekerja lebih efektif dan menambahkan banyak nilai ke dalamnya.

BERAT SEBUAH DOA


Seorang wanita miskin terlihat sangat putus asa, ia berjalan menuju sebuah toko bahan makanan. Dia mendatangi pemilik toko dengan merendahkan diri dan meminta agar ia dapat memperoleh sedikit kebutuhannya. Wanita itu menjelaskan bahwa suaminya sedang terbaring sakit dan tidak dapat bekerja, sedangkan mereka memiliki tujuh orang anak yang sedang kelaparan menunggu makanan.

Pemilik toko, memandang wanita itu dan meminta agar ia pergi meninggalkan tokonya. Mengingat kebutuhan keluarganya, wanita itu mengiba, "Tolonglah, Pak! Saya janji akan membayarnya sesegera mungkin. Tolong, saya mengiba kebaikan anda untuk anak-anak saya yang lapar."

Pemilik toko mengatakan bahwa ia tidak dapat memberikan hutang untuk barang-barang toko kepadanya.

Tak jauh dari situ, seorang pembeli lain, yaitu seorang pria yang terkenal di desa sebagai dermawan yang banyak membantu mereka yang sedang dalam kesulitan, mengikuti percakapan antara wanita itu dan pemilik toko. Ia lalu menghampiri sang pemilik toko dan berkata padanya bahwa ia akan membayar barang-barang yang dibutuhkan wanita miskin itu untuk keluarganya.

Pemilik toko berkata dengan agak kesal, "Apakah kamu punya daftar belanja?"

Wanita miskin itu menjawab, "Ya, saya punya."

"Baiklah," kata pemilik toko dengan suara sedang, "Taruh daftar belanjamu di atas timbangan dan seberat apapun daftar itu akan saya berikan sejumlah barang yang kau inginkan."

Wanita miskin itu termenung sesaat, lalu ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan kertas dari dalamnya dan menuliskan sesuatu di kertas itu.
Kemudian ia meletakkan kertas tersebut dengan hati-hati di atas timbangan sambil terus menunduk. Mata pemilik toko dan pria dermawan itu terbelalak terkejut melihat timbangan kertas turun dan tetap turun.

Melihat hal itu pemilik toko berkata dalam hati, "Aku tidak dapat mempercayainya." Lalu ia mulai menaruh barang-barang ke sisi yang satunya lagi. Timbangan belum setimbang sehingga ia terus dan terus mengisi timbangan dengan barang-barang sampai tidak muat apa-apa lagi. Pemilik toko berdiri terpaku dengan heran. Akhirnya, ia mengambil lembaran kertas itu dari timbangan dan menatapnya penuh keheranan. Kertas itu bukanlah sebuah daftar belanja, namun sebuah doa yang berbunyi:

"Ya Tuhan, Engkau mengetahui kebutuhanku dan aku menyerahkan ini semua di Tangan-Mu."

Pemilik toko mengemasi barang-barang ke dalam kantung kemudian menyerahkannya kepada wanita itu. Wanita miskin itu mengucapkan terima kasih dan meninggalkan toko. Lalu pria dermawan itu mengambil beberapa lembar uang dari dompet dan memberikannya kepada pemilik toko sambil berkata, "Ini membayar barang-barang itu."

Beberapa saat setelah itu, pemilik toko mendapati ternyata timbangannya memang, namun... hanya Tuhan yang tahu berat sebuah Doa. 

PENJUAL IKAN DAN PAPAN PENGUMUMAN

Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan: "DI SINI JUAL IKAN SEGAR."

Tidak lama kemudian datang seorang pengunjung yang menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tuliskan kata 'DI SINI'? Bukankah orang sudah tahu kalau kau berjualan di sini, bukan di sana?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'DI SINI' dan tinggallah "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau pakai 'SEGAR'? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'SEGAR' dan tinggallah "JUAL IKAN".

Tidak lama kemudian datang pengunjung ketiga yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis kata 'JUAL'? Bukankah semua orang sudah tahu
kalau ikan ini dijual, bukan dipamerkan?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'JUAL' dan tinggallah "IKAN".

Tidak lama kemudian datang pengunjung keempat yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis kata 'IKAN'? Bukankah semua orang sudah tahu
kalau ini ikan, bukan daging?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.

Pojok Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita takkan mendapatkan apa-apa.

TATTO GAMBAR SINGA

Suatu ketika ada seorang lelaki yang menginginkan tatto gambar singa di punggungnya. Ia lalu pergi ke tukang tatto yang paling hebat, dan mengemukakan maksudnya. Ia lalu memilih sebuah gambar singa yang tampak sangat gagah.

Kemudian tukang tatto itu mulai bekerja. Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan jarum tatto, lelaki itu mengerang kesakitan, "Engkau mau membunuhku?! Bagian mana yang sedang kau gambar?"

"Aku baru mengerjakan bagian ekornya," jawab tukang tatto itu.

"Kalau begitu, hapus saja ekornya. Biarlah gambar singa itu tanpa ekor," teriak lelaki itu.

Kemudian tukang tatto itu bekerja lagi. Dan lagi-lagi si lelaki itu tak tahan merasakan sakitnya tusukan jarum. Ia lalu menjerit, "Wadow, sakit sekali. Bagian mana yang sedang kau gambar kali ini?"

"Kali ini," jawab tukang tatto itu, "adalah bagian telinga singa."

"Tinggalkan saja bagian itu. Biarkan gambar singaku telinga," katanya sambil terengah-engah.

Maka, tukang tatto itu mencoba lagi dengan hati-hati. Tetapi segera saja, setelah jarum menusuk kulitnya, lelaki itu menggeliat lagi. "Sekarang katakan, bagian mana yang sedang buat?"

"Ini adalah perut singa," kata tukang tatto itu dengan putus asa.

"Aku tak mau singa dengan perut!" teriak lelaki itu.

Dengan perasaan jengkel tukang tatto itu berdiri sebentar, lalu membuang jarum dan berteriak, "Seekor singa tanpa ekor, tanpa kepala, tanpa perut? Siapa yang bisa menggambar singa seperti itu? Bahkan Tuhan pun tidak!"

Pojok Renungan: Kita takkan pernah jadi singa, si raja rimba, bila takut pada panasnya gurun pasir. Kita takkan pernah jadi elang, si raja langit, bila gentar pada gamangnya ketinggian. Maka kita pun takkan menjadi apa-apa bila takut pada apa-apa
Yanagi.hime is offline Add to Yanagi.hime's Reputation Report Post Report Post  

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More